Mengungkap Fakta di Balik Industri Rokok

MedolsaPedia |


Di era seperti sekarang ini, apalagi di negara kita Indonesia siapa yang tidak mengenal rokok? Saya yakin pasti kalian mengetahuinya, baik orang tua, orang dewasa, remaja, sampai anak-anak. Rokok sangat familiar dengan masyarakat Indonesia. Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang 7 hingga 12 cm ( bervariasi tergantung negaranya) dengan diameter sekitar -+ 1 cm yang berisikan daun tembakau yang sudah dicacah-cacah yang dicampur dengan zat-zat lainya.

Baca Juga:
• Mas Timon, Blogger Inspiratif asal Samarinda dengan Penghasilan Jutaan Rupiah Perhari

Strategi apa yang dilakukan industri rokok untuk menarik konsumen ?

Mekalui strategi sistematis, iklan, promosi, dan berbagai kegiatan yang disponsori oleh industri rokok, mampu membeli jiwa anak muda. Industri rokok manampilkan citranya sebagai industri yang mempunyai kepedulian sosial yang tinggi terhadap masyarakat melalui beragam kegiatan ataupun event yang digelar selain pajak rokok kepada negara yang tinggi. Melalui strategi inilah pabrik rokok merubah pandangan dan norma sosial di masyarakat bahwa merokok adalah hal normal dan terkesan biasa meski telah mencantumkan dampak dari merokok iti senduri.

Jumlah penghisap rokok di Indonesia

Namun siapa yang tahu jika rokok yang dikemas dengan citra keren dan gaul sebagai icon anak muda adalah pembunuh no 1 di dunia? Adakah yang tahu bahwa jumlah perokok di negara kita menduduki peringkat 3? Sebuah penelitian membuktikan bahwa rokok mebjadi pembunuh masal sekitar 427.948 jiwa ditahun 2001. Lebih lanjut Lembaga Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik menunjukkan prevalensi perokok usia 15-19 mengalami lonjakan sebanyak 144% selama kurun waktu 1995-2004. Dari 13,7% pada tahun 1995 menjadi 32,8% pada tahun 2004. Survei ini juga menunjukkan perokok yang mulai merokok pada usia 5-9 tahun empat kali lebih meninggkat dari 0,4% pada tahun 2001 menjadi 1,8% pada tahun 2004. Hal ini kurang bahkan tidak diketahui sama sekali oleh banyak orang. Jika selama ini kita menganggap rokok bukanlah permasalahan yang penting karena tertipu oleh glamornya pemasaran yang dilakukan oleh pelaku pasar industri rokok. Parahnya lagi , sering kita tidak menyadari siapa pelaku utama dibalik ini semua.

 Mayoritas konsumen rokok 

Sebuah sumber dokumen internal dari salah seorang pemilik saham terbesar perusahaan rokok dinegara kita menyebutkan, "Remaja hari ini adalah calon pelanggan tetap hari esok karena mayoritas perokok mulai merokok ketika usia remaja". Terkejutkah anda dengan pernyataan tersebut? Apakah sejenak saja sobat medolsapedia berfikir bahwa kita adalah generasi objek pasar rokok? Bukanlah hal asing lagi bagi kita jika sebuah fakta sering disebutkan satu dari dua perokok meninggal dunia. Lantas industri rokok harus mencari konsumen baru yang menggantikan merekan yang telah meninggal dunia atau berhenti merokok karena berbagai alasan. Dan demi mencari mencari pelanggan baru, industri rokok rela menhabiskan dana sebesar 1,2 triliyun hanya untuk promosi. Uang triliyunan itu dibelanjakan industri rokok untuk mempromosikan produknya diberbagai media. Dan semua iklan-iklan rokok yang beredar luas, marilah sejenak kita memperhatikanya. Hampir semua slogan yang digunakan bertemakan mengenai kehidupan remaja yang cenderung bebas. Banyak acara yang disponsori oleh industri rokok untuk menjerat remaja sebagai konsumen mereka.

Sekarang sobat sudah mengetahui apa tujuan dan akibat rokok ataupun iklan yang beredar luas disekitar kita. Yang menjadi pertanyaan sekarang bagi kita adalah, adakah dampak yang signifikan bagi tunas bangsa seperti kita lalu jika ada apah pengaruhnya?

Penelitian tentang dampak iklan rokok bagi yang melihat atau mendengarnya..


Sebuah penelitian yang dilakukan Komisi Nasional Anak bekerja sama dengan salah satu Universitas Muhammadiyah di Indonesia membuktikan iklan, promosi, dan sponsor rokok ternyata memang berpengaruh bagi pikiran disamping adanya faktor hasutan teman, perasaan dan inisiasi merokok remaja. Iklan rokok yang berkelanjutan dapat masuk ke alam bawah sadar. Slogan remaja yang ditayangkan bersamaan dengan iklan rokok membut remaja menjadi lengah. Akibatnya jika seorang remaja yang masih memiliki emosi labil maka slogan-slogan tersebut dapat dengan mudah menjadi panutan.

Sebuah penelitian Komnas Anak menyebutkan iklan dan promosi ataupun sponsor rokok terbukti menimbulkan keinginan remaja untuk merokok dan menjadi perokok tetap sementara bagi perokok yang telah berhenti akan timbuk keinginan untuk menghisap rokok kembali. Karena berpengaruh buruk maka iklan, promosi, dan sponsor rokok dilarang diberbagai negara. Salah satu negara yang menerapkan prinsip tersebut adalah Thailand, Thailand telah melarang segala bentuk iklan, promosi, dan sponsor rokok sejak tahun 1992. Begitu pula dengan negara tetangga kita yang lain seperti Malaysia, vietnam, Filipina dan Laos. Lalu kapan ya negara kita Indonesia menerapkan prinsip tersebut? Mungkin kalian penerus bangsa yang akan menjawabnya.

Kesimpulan

Setelah banyaknya fakta yang dibeberkan diatas mengenai seluk beluk industry rokok yang menjadikan remaja target utama pemasaran, bagaimana sikap kita? Marilah kita peduli dengan lingkungan sekitar kita, termasuk menyeru teman-teman yang telah terbuai oleh tipu daya rokok agar tak ada lagi korban masal akibat rokok bagi kaum muda. Mari kita suarakan tidak terhadap rokok kepada dunia untuk melindungi masa depan anak cucu kita. Tak perlu keraguan dengan langkahyang telah kita buat karena ini menyangkut kelangsungan masa depan kita sendiri, sudah tentu kita berhak mendapat perlindungan dari segala sesuatu yang mengancam kehidupan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal tanpa ada gangguan dari pihak luar termasuk invasi pengaruh rokok.

So, what are you waiting for? Saatnya bagi kita mengambil peran, membuat sebuah perubahan nyata yang lebih mulai dari hal yang kecil yang bisa kita lakukan agar anak Indonesia terlindung dan berkembang secara optimal....



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mengungkap Fakta di Balik Industri Rokok"

Post a Comment